Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia.
Ibukotanya adalah Kuningan.
Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian
timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat
berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung
Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah disebut dengan Gunung Ciremai,
gunung ini berada di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung
Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
|
Asal nama Kuningan
Sejarah
Masa Pra sejarah
Diperkirakan
± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di daerah
Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa peninggalan kehidupan di zaman pra
sejarah yang menunjukkan adanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu
besar yang merupakan peninggalan dari kebudayaan Megaliticum. Bukti peninggalan
tersebut dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya
peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu
kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik.
Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah
memiliki kebudayaan tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs
Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoleticum dan
awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M.
Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan
berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan
dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan adat dari batu-batu
besar dari zaman megaliticum.
Masa Hindu
Dalam
carita Parahyangan
disebutkan bahwa ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik penuh
seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut
berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian
bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile
atau Saunggalah. Seuweukarma menganut ajaran Dangiang Kuning
dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta Sanghiyang
Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada
zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada saat
itu masyarakat Kuningan
merasa hidup aman dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang
bertahta sampai berusia lama. Berdasarkan sumber carita Parahyangan
juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu
Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh
penguasa di Kuningan
(= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan
sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang
Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat
tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi,
dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang
Resi selaku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan.
Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada
dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, tata tentrem kerta raharja, karena
masing-masing dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan
hukum/masalah adat selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama
begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.
Ketika
Kuningan
diperintah Resiguru Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan
memiliki status sebagai Kerajaan Agama (Hindu). Hal ini
nampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu Dangiang
Kuning - keparamartaan, sehingga Kuningan waktu
menjadi sangat terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan
disebutkan kejayaan Kuningan waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal
dengan nama lain Sang Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atau Sang
Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku, kebesaran Kuningan
melebihi atau sebanding dengan Kebesaran Galuh dan Sunda (Pakuan).
Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya. Hanya ada 3 nama
tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat Rajaresi, arti seorang
pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:
- Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka - Bandung)
- Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
- Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali
Perkembangan
kerajaan Kuningan
selanjutnya seakan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada
waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean Darmariksa dan merupakan
daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal
dengan nama Pajajaran.
Cirebon juga
pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran,
namun pada abad ke-15 Cirebon sebagai kerajaan Islam menyatakan
kemerdekaannya dari Pakuan
Pajajaran.
Masa Islam
Sejarah
Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada
tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh
Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang
atau Syarifah Modaim putra Prabu
Siliwangi. Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang
lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin daerah ampeldenta di Surabaya.
Kemudian Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel
untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat,
dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang
oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman
berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah
setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan
agama Islam, pada
tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan
yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara
dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon,
selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Pada
waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, Kuningan, datanglah Ratu Ontin Nio
istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu
Rara Sumanding) ke Luragung, Kuningan, dari Ratu Ontin Nio
alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang
diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Kuningan, Syeh Syarif Hidayatullah
dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Winduherang, dan menitipkan Pangeran
Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui
oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan
mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan namanya Amung
Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya
menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa
kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati
Kuningan.
Setelah
Pangeran Kuningandan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa,
diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran
Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya
Adipati Kuningan (Adipati Kuningan) dan dibantu oleh Arya
Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya
pemerintahan Kuningan
yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan
Masuknya
Agama Islam ke Kuningan nampak
dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang
berasal atau mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar,
yang akhirnya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai
Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini
menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berjalan dengan damai melalui ikatan
perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari
pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju
kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya
pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani.
Pasca Kemerdekaan
Kuningan
menjadi tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November
1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilakukan di Jakarta maupun di
Yogyakarta (ibukota sementara RI), maka diambil jalan tengah jika perjanjian
diadakan di Linggarjati, Kuningan. Hari Minggu pada tanggal 10 November 1946
Lord Killearn tiba di Cirebon. Ia berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat
Inggris H.M.S. Veryan Bay. Ia tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati
yang sekaligus menjadi tempat perundingan.
Delegasi
Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang
mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal
perang “Banckert” yang kemudian menjadi hotel terapung selama perjanjian
berlangsung. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa
Linggasama, sebuah desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi
mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh
Lord Kilearn, penengah berkebangsaan Inggris.
Letak dan pembagian administrasi
Kabupaten
Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47
- 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6°
45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.
Bagian
timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat
berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung
Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah
gunung tertinggi di Jawa Barat.
Dilihat
dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada
lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan
wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang
menghubungkan Bandung-Majalengka
dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan
- Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
- Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
- Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
- Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Pembagian administrasi
Kabupaten
Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan.
Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Berikut
adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan:
- Kecamatan Darma
- Kecamatan Kadugede
- Kecamatan Nusaherang
- Kecamatan Ciniru
- Kecamatan Hantara
- Kecamatan Selajambe
- Kecamatan Subang
- Kecamatan Cilebak
- Kecamatan Ciwaru
- Kecamatan Karangkancana
- Kecamatan Cibingbin
- Kecamatan Cibeureum
- Kecamatan Luragung
- Kecamatan Cimahi
- Kecamatan Cidahu
- Kecamatan Kalimanggis
- Kecamatan Ciawigebang
- Kecamatan Cipicung
- Kecamatan Lebakwangi
- Kecamatan Maleber
- Kecamatan Garawangi
- Kecamatan Sindangagung
- Kecamatan Kuningan
- Kecamatan Cigugur
- Kecamatan Kramatmulya
- Kecamatan Jalaksana
- Kecamatan Japara
- Kecamatan Cilimus
- Kecamatan Cigandamekar
- Kecamatan Mandirancan
- Kecamatan Pancalang
- Kecamatan Pasawahan
Topografi
Permukaan
tanah Kabupaten Kuningan
relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan bagian
Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas
permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti wilayah Kuningan bagian
Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas
permukaan laut.
Tabel Elevasi ketinggian tanah
wilayah Kabupaten Kuningan
No
|
Ketinggian
(dpl)
|
Luas
(Ha)
|
Luas
(%)
|
1
|
25
- 100
|
10.915,47
|
9,26
|
2
|
100
- 500
|
69.414,92
|
58,90
|
3
|
500
- 1000
|
30.538,15
|
25,91
|
4
|
>
1000
|
6.989,01
|
5,93
|
Kondisi
wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung
Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi
yaitu dengan ketinggian antara 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian antara 500 - 1.000 meter di
atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian
di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan
mempunyai kemiringan yang bervariasi.
Ketinggian
di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu
ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan dalam pola penggunaan
lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu
sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan.
Kemiringan
tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi,
perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang
alam yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial bagi pengembangan
pariwisata.
Tabel Luas kemiringan tanah
Kabupaten Kuningan
No
|
Kemiringan
(%)
|
Luas
(Ha)
|
Luas
(%)
|
1
|
0
- 8
|
28.275,88
|
23,99
|
2
|
8
- 15
|
18.985,78
|
16,11
|
3
|
15
- 25
|
24.373,88
|
20,68
|
4
|
25
- 40
|
17.043,02
|
14,46
|
5
|
>
40
|
29.178,99
|
24,76
|
Sebagian
besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan sebagian kecil
termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan
yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi.
Tingkat
kepekaan terhadap erosi disebabkan ketidaksesuaian antara penggunaan tanah
dengan kemampuannya sehingga berakibat rusaknya proses fisika, kimia dan
biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar
kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah
faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan
prosentase penutup tanah.
Tingkat
kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan menjadi lima kelas,
yaitu :
- Sangat Peka : 14.258,42 Ha
- Peka : 17.568,96 Ha
- Agak Peka : 20.473,43 Ha
- Kurang Peka : 21.845,69 Ha
- Tidak Peka : 36.307,00 Ha
Jenis Tanah
Berdasarkan
penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) golongan tanah
yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan
Regosol.
- Golongan tanah Andosol terdapat di bagian barat kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel.
- Golongan tanah Alluvial terdapat di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok untuk tanaman sawah, palawija dan perikanan.
- Golongan tanah Podzolik terdapat di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras.
Tabel Luas jenis tanah di Kabupaten Kuningan
No
|
Jenis
tanah
|
Luas
(Ha)
|
Luas
(%)
|
1
|
Alluvial
kelabu
|
4.080,00
|
3,46
|
2
|
Regosol
coklat kelabu
|
700,00
|
0,59
|
3
|
Asosiasi
Regosol kelabu + coklat kelabu + latosol
|
4.072,98
|
3,46
|
4
|
Asosiasi
andosol coklat + regosol coklat
|
4.560,00
|
3,87
|
5
|
Gromosol
kelabu tua
|
1.840,00
|
1,56
|
6
|
Asosiasi
Gromosol kelabu kekuningan + Gromosol coklat kelabu + regosol kelabu
|
13.204,31
|
11,20
|
7
|
Asosiasi
mediteran coklat + latosol
|
11.569,31
|
9,82
|
8
|
Latosol
coklat
|
890,00
|
0,76
|
9
|
Latosol
coklat kemerahan
|
13.803,69
|
11,71
|
10
|
Asosiasi
Latosol coklat + regosol
|
19.232,47
|
16,32
|
11
|
Asosiasi
podzolik kuning + hidromorf
|
11.765,55
|
9,98
|
12
|
Asosiasi
podzolik merah kekuningan + latosol merah kekuningan
|
13.825,82
|
11,73
|
13
|
Kompleks
podzolik merah kekuningan + podzolik kekuningan + regosol
|
18.313,42
|
15,54
|
Demografi
Penduduk
Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang
dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Harapan
Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki sebanyak 580.796 orang dan penduduk
perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 %
artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki.
Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke
kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.
Penduduk
Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan
beragama Islam
sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk
yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang
tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya
beragama Protestan
dan Budha yang
kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang
menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.
Sebagain
besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani
penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri
Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.
Angka
beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya
tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka 50,00. Angka
beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan antara penduduk yang belum/tidak
produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 tahu ke atas) dibanding dengan
penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berarti pada tahun 2007 setiap
100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50
penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta
beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
No
|
Informasi
Demografi
|
2005
|
2006
|
2007
|
1
|
Jumlah
Penduduk
|
|||
Total
|
1.069.448
|
1.089.620
|
1.102.354
|
|
Laki-laki
|
534.415
|
542.645
|
549.118
|
|
Perempuan
|
535.033
|
546.975
|
553.236
|
|
2
|
Laju
Pertumbuhan Penduduk
|
2,80
|
1,89
|
1,17
|
3
|
Sex
Ratio
|
99,8
|
99,2
|
99,3
|
4
|
Komposisi
Umur
|
|||
0
- 14
|
287.231
|
287.962
|
280.119
|
|
15
- 54
|
714.032
|
726.846
|
734.830
|
|
65+
|
68.185
|
74.812
|
87.405
|
|
5
|
Angka
Beban Tanggungan
|
0,50
|
0,49
|
0,50
|
Pendidikan
Menurut
data Suseda tahun 2009, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di
Kabupaten Kuningan
mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjuken adanya perbaikan
menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2009, rata-rata
lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat menjadi 8,68 tahun di
tahun 2010.
Persentase
penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke
bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK
sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi
(Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas
hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma,
Akademi, Perguruan tinggi).
Adapun
Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak
ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, diantaranya
SLBN Kuningan.
Seni dan Budaya
Sebagai
wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya
akan seni budaya Sunda
yang khas, berbeda dari wilayah Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang
di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuningan:
Tabel Seni dan Budaya di wilayah
Kabupaten Kuningan
No
|
Jenis
Seni Budaya Tradisional
|
Lokasi
|
1
|
Cingcowong,Upacara
minta hujan
|
Kecamatan
Luragung
|
2
|
Sintren
|
Kecamatan
Cibingbin
|
3
|
Goong
Renteng
|
Kelurahan
Sukamulya
|
4
|
Tayuban
|
Kecamatan
Ciniru
|
5
|
Pesta
Dadung
|
Kecamatan
Subang
|
6
|
Gembyung
Terbangan
|
|
7
|
Sandiwara
Rakyat
|
|
8
|
Wayang
Golek
|
|
9
|
Kuda
Lumping
|
|
10
|
Reog
|
Desa
Cengal
|
11
|
Calung
|
|
12
|
Tradisi
Kawin Cai
|
Kecamatan
Jalaksana
|
13
|
Tari
Buyung
|
Kecamatan
Cigugur
|
14
|
Balap
kuda Saptonan
|
Kecamatan
Kuningan
|
Pemerintahan
Sebagai
sebuah Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya
dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan
mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada
ini diikuti oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar
nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
No
|
Nama
|
Periode
|
1
|
Aom
Adali
|
1919-1921
|
2
|
Mohamad
Ahmad
|
1921-1940
|
3
|
R.
Umar Said
|
1940-1942
|
4
|
Rifai
|
1942-1945
|
5
|
Noer
(Bupati RI)
|
1945-1951
|
6
|
Sodikin
(Recomba)
|
1947-1948
|
7
|
Holan
(Recomba)
|
1948-1949
|
8
|
Tikok
Abdrurohman
|
1951-1952
|
9
|
Sumitra
|
1952-1954
|
10
|
TB
amin Abdulah
|
1954-1957
|
11
|
Yusuf
(Pejabat)
|
1957-1958
|
12
|
Saleh
Alibasyah
|
1958-1961
|
13
|
Uman
Jatikusumah
|
1961-1966
|
14
|
Suminta
(Pejabat)
|
1966-1967
|
15
|
R.
Aruman Wirangganapati
|
1967-1973
|
16
|
Karli
Akbar
|
1973-1978
|
17
|
R.H
Unang Sunarjo S.H
|
1978-1983
|
18
|
Drs.
H. Moch. Djufri Pringadi
|
1983-1988
|
19
|
Drs.
H. Subandi
|
1988-1993
|
20
|
H.
Yeng D.S Partawinata SH
|
1993-1998
|
21
|
Drs.
H. Arifin Setiamihardja MM
|
1998-2003
|
22
|
2003-2008
|
|
23
|
2008-2013
|
Sarana Prasarana
- Jalan Darat
Total
jalan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km
- Listrik
Jumlah
pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747
pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon)
- Telekomunikasi
Pelanggan
PT. Telkom untuk daerah Kabupaten Kuningan masuk
ke dalam Kandatel Cirebon
yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
- Sarana Kesehatan
- Rumah sakit terdapat 6 buah, 1 milik Pemda dan 5 milik swasta
- Puskesmas Pembantu = 70 buah
- Puskesmas = 28 buah
- Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
- Balai pengobatan swasta = 33 buah
- Pos Pelayanan Terpadu
- 762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
- 467 Pos Pelayanan Terpadu madya
- 89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
- 7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
- Tenaga Kesehatan
- Dokter umum 54 orang dan dokter spesialis 43 orang
- Dokter gigi 19 orang
- Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
- Sarana dan Prasarana Pendidikan
- Taman Kanak-Kanak : 211 buah
- Sekolah Dasar : 685 buah
- Sekolah Menengah Pertama : 88 buah
- Sekolah Menengah Umum 27 buah
- Sekolah Menengah Kejuruan : 31 buah
- Hotel
- Hotel Berbintang : 3 buah
- Hotel Non Berbintang : 35 buah
- Bank
- Bank Pemerintah : 5 buah
- Bank Swasta : 7 buah
- Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
- Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah
Fasilitas Olahraga
Kuningan
mempunyai salah satu stadion kebanggaan yaitu Stadion Mashud Wisnusaputra yang
merupakan markas dari tim kesayangan kota Kuningan yaitu Pesik Kuningan. Pesik
Kuningan saat ini bertanding pada Divisi I PSSI. Terletak persis di pusat kota
Kuningan, stadion ini sangat strategis karena dapat dicapai dari seluruh
penjuru kabupaten. Stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar
10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional.
Pernah dipakai sebagai homebase klub peserta IPL (Indonesian Primer League)
asal Bandung yaitu Bandung FC pada IPL tahun 2010-2011. Stadion ini juga kerap
dijadikan sebagai tempat latih tanding klub-klub peserta ISL seperti Persib
Bandung dan Persija Jakarta. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra
terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan volley ball dan lintasan
atletik, juga terdapat wisma yang representatif.
Selain
itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Agung Mas salah satu kolam renang
Olympic Size terbaik di Jawa Barat
Tujuan Wisata
Wisata
Alam
- Talaga Remis
- Taman Wisata Alam Linggajati
- Waduk Darma
- Darmaloka
- Sangkanhurip
- Desa Sitonjul
- Air Terjun Sidomba
- Curug Cilengkrang
- Palutungan & Curug Putri
- Curug Ngelay
- curug Bangkong
Wisata
Budaya
Wisata
Hutan
- Desa Setianegara
- Desa Jabranti
Wisata
Ziarah
Wisata
Adat
- Seren Taun
- Pesta Dadung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar